BERKEMAS

 Hari ini, saya mengemasi hari-hari kemarin. Ya, lagi-lagi saya harus mengemasnya, melipatnya rapi-rapi, memasukkannya ke dalam kotak kecil, menyegelnya, kemudian melabelinya menjadi barang rusak. Tidak ada yang istimewa di dalamnya. Hanya, beberapa janji dan harapan yang rusak. Ah tunggu, 'beberapa' itu sedikit, tapi entah mengapa mereka begitu berat.

Apa karena basa tangis yang tidak bisa saya tahan ketika mengemasinya? Payah sekali, bukan? Sudah berkali-kali berkemas seperti ini, tangisnya ternyata tetap sama. Kadang saya heran, betapa hebatnya manusia yang berkemas berkali-kali dan tetap memberikan celah untuk orang lain masuk ke dalam hidupnya hanya untuk kemudian membuatnya berkemas dan menangis lagi. 

Kalau saja saya punya kesempatan untuk mengembalikkan ia yang saya persilakan masuk, saya tak perlu berkemas semacam ini. Iya, mungkin kita semua perlu berhenti, mungkin saya haaus memperkuat kunci-kunci itu mengeraskan kembali sesuatu yang mencair, agar tak akan lagi terlena pada janji-janji dan harapan-harapan. Saya tahu, keduanya tidak palsu. Tapi barangkali, orang yang mengucapkan janji-janji itu tidak berada di dalam dirimu yang sekarang.

Jika memang pemaafan dan pelajaran lebih bisa menyembuhkan luka ketimbang waktu, akan saya ambil jalan pintas itu. Semengerikan dan semenakutkan apapun itu, meski hati saya tercerabut dari tempatnya, akan saya upayakan semampunya. Saya berterima kasih dan meminta maaf juga. Juga memafkanmu--Kita semua sama-sama terluka dan sudah waktunya kita merasa lega. 

Saya sudah berkemas.

Komentar