KEPADAMU YANG DUDUK BERSAMAKU

Kepada yang memilih duduk di sampingku. Meski ada kursi-kursi kosong lain yang lebih layak ditempati, aku ingin berterima kasih.


Aku duduk di sana tidak untuk ditemani, tapi, iya aku memang agak kesepian. Terima kasih untuk tidak membiarkanku seorang diri di ujung meja kerja bersama yang begitu lengang. Tujuanku memang untuk duduk di sana dan merasa tidak kesepian. Meski malam itu tempat ini begitu sepi, meski tak lagi ku taruh harapan penuh pada rencana-rencanaku, dengan adamu memilih duduk di sampingku, aku merasa sungguh berterima kasih. 


Ku pikir aku telah begitu jauh dari Tuhan, tapi dengn dudukmu di sampingku, hal itu seolah memperlihatkan lagi bahwa Ia benar-benar Maha Pemaaf. Ia tak membiarkanku seorang diri meski kau diam saja di sana, membaca bukumu, sesekali tertawa karena entah apa, lalu membuka ponselmu hanya untuk memeriksa percakapan grup. Barangkali, kau juga sama denganku, kesepian.



Aku ingin memulai percakapan dengan kata-kata yang manis. Tapi membaca mimik wajahmu, membuatku mengurungkan niatku. Takut malah apa yang ku perbuat akan menjadikan beban untukmu. 


Namun, dengan segala gangguan dan angin yang semakin bertiup kencang. Anehnya, kamu tetap memilih duduk di sampingku. Sambil sesekali menoleh ke arahku, memperhatikanku. Aku merasakannya dari ujung sudut mataku.



Baru kali ini ku rasa sebegitu dihargai tanpa harus mendengar beragam bualan. Kamu memilih untuk gesit mengajakku keluar disaat ruangan itu dipenuhi oleh asap yang menyesakkan, tak cuma itu, dengan sigapnya kamu membuka tutup botol minuman saat aku terbatuk. Hal-hal kecil yang selama ini ku lewatkan begitu saja, tak ku perhatikan sebegitunya.


Dengan itu, aku membuka batasan itu. 

Ku terima uraian genggaman tangamu. 

Dengan hati yang luruh dan sepenuh kepercayaanku. 

Jika ada yang bisa aku simpan dalam waktu yang lama,

Aku harap satu ini termasuk salah satunya.



Jakarta, 26 Agustus 2022




Komentar