PASANG SURUT


“Panggil aku perempuan gila
Hantu berkepala, keji membunuh kasihnya
Penuh ganggu di dalam jiwanya
Sambil penuh cinta diam-diam berusaha
Selalu tahu akan ditinggalkan
Namun demi Tuhan Aku berusaha!”


Penggalan lirik lagu ‘Rayuan Perempuan Gila’ milik Nadin Amizah ini serasa nyata ada dalam diriku. Aku yang penuh dengan hal-hal aneh, merepotkan, dan keras kepala. 


Rekor, hampir 12 bulan kamu bertahan duduk di sampingku. Sesekali menyeka air mata di pipiku, sesekali juga mengeluarkan kata menyerah untuk memahamiku. 


“Terserah”


“Ikut kamu”


Kata-kata menyerah yang keluar setiap kali kita berdebat. Benar katamu, hubungan itu kadang pasang dan surut. Di balik tawa dan hangat pelukmu, ada belasan sampai puluhan kali aku menangis di pojokan kamar kosan. Sendiri. Iya lagi-lagi karena jarak semuanya harus dinikmati seorang diri. 


Kadang, aku berangkat kerja dengan mata sembap. Karena semalamnya nangis tak berhenti sampai tertidur lelap. Alasannya sepele menurut (mu); karena kamu lupa janji untuk menelfon. Tapi, tapi, bukannya semua alasan putus karena hal-hal sepele yang dibiarkan menumpuk? Semoga hal itu tak terjadi pada kita, ya.


Atau mungkin karena aku saja yang suka memberatkanmu, menuntutmu? Entahlah. 


Dari yang lalu-lalu, aku selalu percaya jika hubungan selalu datang dengan paket yang lengkap. Bohong jika semuanya hanya berisi suka saja. 


Karena terkadang, hal “kecil” yang kita benci berubah jadi “besar” kalau dilakukan sama orang yang kita sayangi. 


Sakitnya lebih dalam, pun kecewanya lebih besar. 


Tapi semoga, hal-hal baik dan menyenangkan selalu menyamarkan rasa sakitnya. 


Melihatmu sehat dan baik-baik saja, sangat ampuh untuk jadi penawar segalanya. 


Asal masih begitu, aku masih mau bergandengan tangan denganmu. Kamu pun begitu, kan?

Komentar