Melanjutkan hidup setelah terkapar di atas lantai untuk menangis semalaman.

Bohong rasanya kalau kemarin malam-malamku berjalan seperti biasa. Tentu masih ada tangisan dan mimpi buruk yang terus berulang. Mimpi yang berisi luapan emosiku yang kutahan. Sayangnya, saking meluapnya emosi yang kurasa, mulutku bungkam seribu bahasa. Sampai tak ada kata-kata yang bisa keluar, bahkan hanya di mimpi. 

Aku sadar dengan penuh bahwa ini adalah takdir yang harus aku lalui. Namun, manusiawi bukan kalau rasanya aku ingin menyerah saja? Dibohongi sekaligus dikhianati membuat rasa percaya diriku habis tak tersisa. Yang berulang kali terpatri di ingatan adalah; Aku nggak layak untuk disayang, baik sebagai seorang teman ataupun pasangan. Menyedihkan. 

Menyalahkan dan mengutuk diri sendiri memang terasa paling mudah. Di ujung malam semua rasa memuakkan itu muncul. Membuatku menyerah dan berakhir menangis di atas lantai kamar kosan. 

Di sisi lain, duniaku tetap harus berjalan. Meski pikiran masih terjerumus dalam penghakiman diri sendiri. Lalu aku sempat bertanya ke salah satu orang, “Kalau hidup begitu berat dilalui sampai terasa dunia runtuh. Aku harus berbuat apa dulu ya untuk melanjutkan hidup?”

Hebatnya, jawaban orang tersebut berhasil menghangatkan hatiku. “Kalau mau melanjutkan hidup kan cuma perlu makan, minum, dan main. Apalagi yang perlu dibenahi? Selain tiga hal itu, namanya keinginan bukan kebutuhan. 

Tiga kata yang terbilang remeh temeh namun ternyata itu yang kubutuhkan sekarang. Kini aku paham bagaimana cara berhenti memperbaiki pada hal-hal yang jelas kontrolnya tidak berada pada genggamanku. Caranya adalah dengan menyadari sekaligus mensyukuri kalau aku masih sanggup hidup selama cukup makan, minum, dan main. Aku jadi tahu, kalau tidak perlu berharap banyak atas kehidupan ini, karena tanpa itu pun, aku tetap masih bisa bernafas. 

Satu per satu, hari ke hari, ada banyak orang yang menyediakan waktunya untuk menemaniku akan tiga hal tersebut. Memastikan aku makan dan minum dengan baik. Meskipun tak memungkiri BB ku turun, namun perlahan nafsu makanku pulih secara perlahan. Satu hal yang perlu kusyukuri, bukan


Nggak cuma itu, akhir pekanku juga kuisi dengan hal-hal yang menyenangkan. Bermain ke tempat baru, olahraga, tempat yang sejuk dan cocok untuk melamun, dan mengunjungi orang-orang yang selalu ada di pikiranku jika aku sedang tidak baik-baik saja. Meskipun kita jarang ketemu, tapi mereka tetap selalu ada. Merangkulku dengan penuh dan utuh. Terima kasih, ya. 



Makan, minum, dan main, tiga hal yang membuatku bisa melanjutkan hidup dari hari per harinya. Rasa ketidaklayak-anku, rasa takutku, dan semua-mua hal yang memuakkan perlahan sirna dengan sendirinya. Semoga seperti ini terus, ya. 

Komentar