Is memory a curse or blessing?

Sewaktu sekolah dulu, aku mempelajari kalau; ingatan kita terbagi menjadi dua macam. Ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang. Masing-masing mempunyai kapasitas yang berbeda, dan tentu masing-masingnya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Setelah ku cermati dan ku amati, sepertinya yang dapat kuandalkan di diriku adalah ingatan jangka panjang. Aku kurang hebat jika disuruh menghafal dengan sistem dadakan, justru ingatanku akan begitu mengalir apabila memori itu sudah kusimpan baik-baik di dalam bank memoriku. 

Semua yang terjadi di waktu yang sudah lama, ucapan-ucapan yang keluar dari orang-orang sekitarku, jalan-jalan yang kulalui meski beberapa tahun yang lalu, atau janji-janji yang terucap dengan jenaka. 

Semua-muanya terlihat jelas dan nyata. Menyesakkan apabila membandingkan dengan kondisi sekarang. Berkali-kali aku harus mengambil nafas dalam-dalam. Entah ini suatu kelebihan atau kekurangan, tapi yang jelas apabila aku diizinkan untuk mengeluh, maka aku akan berkata; bahwa ini sangat, sangat melelahkan. 

Berukang kali harus membaca memori lama, membandingkan, dan bertanya-tanya mengapa semuanya bisa secepat itu berubah? 

Jelas, tidak ada satupun yang bisa menolong untuk menjawabnya, kecuali diriku yang lain untuk menenangkan dan memaklumi, karena semuanya se-dinamis itu. 

Berkali-kali aku harus menepuk pundakku untuk meyakinkan bahwa memori tersebut sebaiknya dilupakan saja atau dibuang saja ke tong sampah.

Jadi sebenarnya, memori itu sebuah kutukan atau berkat yang harus ku syukuri? 

Komentar