Searching The Equillibrium Together

Searching the equillibrium together.” Begitu ungkapan yang disematkan oleh Baskara Mahendra pada postingan foto pernikahannya dengan Sherina satu tahun yang lalu. Membacanya membuatku tersenyum simpul. 

Sial tahu apa dia dengan kata equillibrium? Apa emang dia anak ekonomi-bisa bisanya menggombal dengan istilah itu!!!1!! 

Betul, responku berisi serapah karena didasari oleh rasa iri dengki saja, karena emang si Nadhifah ini termasuk pemuja gombalan-gombalan yg out of the box. LOL

Sejarah ku faham dengan arti kata equillibrium adalah di masa-masa aku sekolah dulu waktu SMA. Tapi karena ya sudah ter-doktrin harus menjadi anak IPA, alhasil disaat pelajaran ekonomi ya hanya lewat kuping kanan lalu keluar kuping kiri. 

Semacam karma dan mungkin memang rezekinya ada di situ, ndilalah kuliah aku malah dapetnya di jurusan yg sering aku sepelein. Dan di semester 3/4 ini lah, kata-kata equillibrium pun muncul lagi. Me-rewind ingatanku yg sebenernya waktu itu hanya lewat seperti hembusan angin. 

Equillibrium itu sendiri memiliki arti kesetimbangan, yang berarti suatu keadaan di mana adanya keterikatan antara kekuatan-kekuatan yang saling mempengaruhi dan berada dalam posisi yg seimbang sehingga tidak adanya kecenderungan untuk berubah. Kalau hubungannya ditarik dari ilmu ekonomi ya jelas, objek yang dimaksud adalah harga.

Uniknya, titik ekuillibrium ini tidak harus selalu berada di tengah kurva. Ia bisa berada di atas, di samping kanan bawah, di tengah tapi cenderung ke kanan, di mana saja selama ia menjadi titik pertemuan antara garis permintaan maupun garis penawaran. 

Dan menurutku teori ini benar-benar bisa dikorelasikan ke macam-macam relasi di dalam kehidupan. Soal kesetimbangan hak antara perempuan-laki-laki, kesetimbangan antara anak-orang tua, kesetimbangan antara murid-guru, dan lain hal yang kurasa semuanya harus mencapai titik yang setimbang, meskipun ngga harus terletak pada satu titik yang sama, tapi jika sudah sesuai kesepakatan, pasti titik equillibrium akan tercipta.

Lucunya, seakan mengamini hal yang terlintas tadi di pikiranku, Bapak Dosen yang terkenal killer di jurusanku pun berkata, kalau teori ini bisa diadaptasikan ke dalam masalah kita mencari jodoh. Ya itu tadi, mencari yang saling tarik-menarik (menyayangi, saling memberi manfaat) untuk menciptakan titik equllibrium. 

Sungguh beruntung bukan, apabila di kehidupan sehari-hari, kita bertemu dengan orang-orang yang bisa kita ajak bekerjasama dalam mencari titik equillibrium itu tadi.

Jadi dengan adanya tulisan ini, semoga jadi pengingat untukku, dan harapnya juga buat Kamu untuk selalu berbuat hal-hal positif agar sama-sama menciptakan titik equillibrium itu sendiri, dalam bentuk apapun relasinya.🙃

Komentar