PERAYAAN YANG KUPILIH

Tiga hari sesudah menjalani umur 25 tahun. Meski sudah-dan selalu-akan ku tunggu-tunggu, ulang tahun kali ini serasa tak ada yang spesial. Selain karena tepat bersamaan dengan momen Lebaran, hari itu aku juga mendadak demam dan lemas rasanya. Setelah minum obat, ku putuskan untuk tidur, dengan harapan semua yang kurasa hilang seketika—sebagai bonus karena aku ulang tahun hari itu. 


Tapi sayangnya, harapan itu tidak terkabulkan. 


Pusing yang tadinya terasa di kepala, usut punya usut cikal bakal flu yang pindah menyerang hidung. Alhasil, nggak berhenti aku bersin sepanjang waktu. Belum lagi, suara yang terdengar bindeng jika diajak mengobrol sanak saudara yang berkunjung ke rumah. 


Sungguh, bukan perayaan hari ulang tahun yang menyenangkan. 


Mendekati bergantinya hari, lagi dan lagi aku hanya terbaring di atas tempat tidur. Sambil sesekali menggeser kursor melihat keseruan Lebaran teman-teman nun jauh di sana dari layar handphone. 

Pikiranku pun menyimpulkan, bahwasanya semakin berkurang umurnya, perayaannya pun terasa semakin simpel dan ala kadarnya. Terkesan apa adanya dan nggak ada keseruan di dalamnya, pikirku. 


Namun, setelah membaca tulisanku yang satu ini, semua itu membuktikkan bahwa pikiranku salah. Mungkin memang ini perayaan yang tubuhku pilih. Setelah dipenuhi kegiatan selama Ramadan, bekerja tiada henti, akhirnya tubuhku memilih untuk beristirahat. Tepat di hari ulang tahunku. 


Kalau aku sehat, pasti aku sudah pergi kemana-mana, menghabiskan waktu bersama orang banyak, ataupun makan sembarangan di luaran sana. Sedangkan kemarin, aku istirahat di atas kasur kesayanganku, dibuatkan sup oleh Mama, dan dapat pelukan hangat dari Bapak. Semuanya terasa sangat lengkap jika kuingat-ingat sekarang. 


Nggak cuma itu, jauh-jauh hari sebelum tanggal kelahiranku, ada sosok yang repot-repot ingin memenuhi semua list keinginanku. Selain makan enak, ia juga berbaik hati memberikan bunga yang cantik. What a sweet boy, hamdalah. 




Tentunya di umur yang baru ini, aku bukan orang yang sama lagi. Pengalaman hidup yang terjadi sepanjang hidup yang lalu pasti berdampak pada jasmani dan batin. Baik yang disadari, yang tidak disadari, atau yang justru diingkari, dan bikin nggak mau peduli. 


Minimal usia bertambah, pengalaman dan pelajaran pun juga harus begitu. Semoga pribadi ini nggak pernah bosan untuk belajar apapun, kapanpun, dimanapun, dan dengan siapapun itu. Harapannya, kebiasaan-kebiasaan lama yang jelek bisa dikurangin, dihilangkan, ataupun digantikan dengan kebiasaan yang lebih baik lainnya. 


Di akhir tulisan ini, kuucapkan terima kasih kepada yang mendoakan. Semoga segala doa dan harapan baiknya juga bisa terkabulkan bagi para pemiliknya. Sekali lagi terima kasih banyak, ya. 



With love,

Nadhifah Azhar


Komentar