APRIL LENGKAP; OPORTUNITY COST DAN SUNRISE PRAU

Menurutku, oportunity cost itu emang perlu di gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Iya, buat anak ekonomi pasti faham apa arti sebenarnya oprtunity cost itu.

Saya ngga ahli banget di bidang ekonomi, tapi kalau urusan menghubungkan oportunity cost dalam kehidupan sehari-hari, saya cukup di bilang jago. hehe

Seperti biasanya, hari-hari saya full kuliah-nulis-dan tahu tahu weekend yang diisi beberapa event kampus dan IPM. Hampir sebulan lamanya saya ndak pulang ke rumah, bahkan sampe kemarin Bapak, Mamah dan Hanif menjemput paksa saya ke kosan, dan sedihnya mereka pulang tanpa saya. Karena ada dua rapat yang harus saya hadiri malamnya. Maaf ya 

Di lain itu, setiap April datang. Aku sengaja menjadwalkan, untuk kembali berkunjung sekedar untuk menghirup udara di atas mdpl. Ngga muluk-muluk, tapi yang penting April aku harus mendaki gunung.

Memasuki April akhir, kulihat jadwalku. Semua weekend udah penuh sama event, trus harus ndaki kapan jal kalau kek gini caranya? padahal April bentar lagi selese. Oh Allah.

Akhirnya sambatlah aku di twitter, daaaaan ternyata banyak sekali yang mau ndaki wkwk. Banyak yang mentionn, tapi yang bener-bener mau dan mampu cuma satu orang. Mas bowo, orangnya.

Singkat cerita, kita berlanjut di grup whatsapp bareng mas Iqbal dan mas zani. Ngerencanain perjalanan kali ini dengan penuh semangat, meskipun aku harus merelakan satu hari skip kuliah; eits balik lagi ke oportunity cost ehehe. 

Sampai hari H, ternyat mas Bowo ndak bisa ikut. Tapi aku tetep kekeuh dan pengen banget ndaki. Tenang, aku tetep jadi ndaki kok, meskipun beda dari rencana awal. 

Aku seneng, April itu aku tutup dengan melihat sunrise yang bagus banget dari Prau.
Serius, aku seneng banget!










 



Terimakasih Mas Iqbal, Mas Zani yang udah nganterin saya ke Prau.
Makasih Prau, sunrisemu pelengkap Bulan April-ku yang penuh dengan tawa dan haru
26 April 2018,


Nadhifah Azhar
 

Komentar