MAAFKU

Sore kemarin, berkali kali ku harus menepi di pinggir jalan. Memastikan semuanya akan lebih baik jika cepat sampai rumah.
Membawa segala ke-pegalan hati.

Di malamnya, ku membaca tulisanmu.
Tulisanmu, amarahmu, dan kekecewaanmu.

Wajar sayang, wajar.
Hari itu sudah sempurna sekali menjadi jumat terburuk yg pernah kurasa.

Tapi, jujur.
Aku juga tak faham dengan apa yg sebenernya terjadi.
Tentang apa yg sebenarnya membuatmu berpaling dan membisu.
Tentang sebuah rasa?
Bahkan aku saja, tak mau menyimpulkan itu sebuah rasa.
Aku tak mau.

Lalu bagaimana secepat itu kau menyimpulkan semua ini?
Tolong, jangan buatku bingung dan tak tahu arah.

Biarkanlah waktu yang menjawab semuanya dengan lebih bijaksana.
Diammu, dinginmu telah membayar semua rindu dan khawatirku.
Terimakasih telah menciptakan hujan di hari hari terakhir ini.

Ku memilih tuk berjarak, memberi waktu tuk jadikan pribadi yg lebih dewasa dengan sendirinya.
Bukan karena apa apa.
Sungguh.

Tapi tak apa, aku baik baik saja. Mungkin kau juga tak ingin tau.

Kita hanya perlu waktu, dan jarak. Semoga keduanya bisa menjadi "jawaban yg jujur" bagi semua pertanyaanmu.



Baru kali ini rumah tak bisa mengobati kepegalan hati yg sedang kurasa.
Yang Maha Bijaksana, aku mohon tetapkanlah perasaan kami.

Komentar