HAK-KITA (TERNYATA)

Belajar tuk me-lapangkan, me-maafkan, dan me-lupakan.

Kita selalu tak sadar apabila kita sendirilah yang mengizinkan perasaan perasaan itu muncul. Dari perasaan kagum, suka, benci, iri ataupun yg lainnya. Mengizinkan perasaan perasaan itu tumbuh dengan segala presepsi yang mendukung, bahkan tak jarang cenderung "mutusi" pada akhirnya.

Kita lupa untuk selalu ber-cermin, menengok apa asal muasal perasaan perasaan itu hadir.
Kita lebih memilih menyalahkan sesorang jikalau semuanya tak berjalan dengan apa yg kita harapkan.

Padahal sebenarnya inti dari ini semua adalah dirimu sendiri. Kita yang berhak mengatur perasaan kita.

"Kalau ngga mau ngerasa sakit hati, yaudah ngga usah ngizinin perasaan mu untuk ngerasa sakit hati, Nadh!" Salah satu temen ku ngasih pendapat saat aku cerita kalau aku sakit hati karena diboongin orang hehe.

Sejenak kalimat itu tu buat aku mikir. Iya yak, bener juga. Kenapa harus ngizinin perasaan kita sakit? Kenapa ngga dimaafin aja dan melupakannya atau kalau engga ya udah pura pura ga tau aja! But, diboongin karena apapun alasannya cukup membuat orang sakit hati bukan?

Eits, karena sedang belajar untuk mengontrol emosi. Jadi aku ngga mengizinkan perasaanku untuk sakit, aku memilih untuk memafkan dan melupakan. Berdamai dengan diri sendiri, dan meyakini diri sendiri dengan berbagai "husnudzan" ku dengan orang yang membohongi aku.

Semoga Allah selalu bersama kita ya, memberikan kita kekuatan untuk menjadi manusia-manusia yang pemaaf dan berlapang dada. Aamiin

Komentar